Kamis, 29 Januari 2015

Cerpen : Ternyata Dia





Tahun ini adalah tahun pertamaku menginjak Sekolah Menengah Atas, hari-hariku mulai membosankan, dengan tugas-tugas yang semakin hari semakin menumpuk. Ahh aku tidak ingin sekolah! Namun sahabatku Syeril yang membuatku bersemangat untuk sekolah. Dia cewe yang baik, cantik, dan cukup populer di sekolah. Syeril selalu memberitahuku semua gosip-gosip yang beredar di sekolah, mulai dari guru-guru killer, kaka kelas yang ganteng, dan murid-murid yang terkenal aneh. Aku jadi teringat dengan teman sekelasku yang selalu dibicarakan oleh Syeril, dia bernama Dara, penampilannya yang super berantakan, wajahnya yang selalu pucat dan menyeramkan seperti pembunuh berdarah dingin.

Sejak awal masuk sekolah hingga sekarang tidak ada satupun teman yang Dara miliki, sempat terpikir di benakku untuk mendekatinya, dan mengajaknya mengobrol, tetapi hati kecilku selalu takut dengan penampilannya yang sangat menyeramkan.

Suatu hari banyak barang-barang di kelasku yang hilang, termasuk parfume yang baru kubeli. Mungkin teman-temanku baru menyadari ada sesuatu yang aneh dikelas ini, berbeda denganku, aku dan Syeril sudah mulai mencurigai hal ini dari sebulan yang lalu, banyak barang-barang yang hilang, tetapi dulu teman-temanku mungkin tidak terlalu memperdulikannya, baru sekarang masalah kehilangan barang itu dibicarakan. Syeril daridulu selalu membicarakan hal tersebut, Syeril selalu berkata "Kenapa ya dikelas kita banyak barang yang hilang? kamu curiga ga sama Dara? atau mungkin Dara pelaku dari semua ini?" pertanyaan Syeril selalu terpikir olehku. Aku juga sempat memikirkan hal itu.

Brakk... meja Dara terpukul cukup keras. "Heh kamu pelaku dibalik semua ini kan? kamu yang selalu mencuri barang-barang teman-teman sekelas? Ayo ngaku, cuma kamu yang punya tampang seperti pencuri." Melihat Syeril menuduh-nuduh Dara. Aku merasa kasihan pada Dara yang diperlakukan seperti itu. Dara hanya terdiam, dan tidak menanggapi semua tuduhan Syeril dan teman-teman yang lain. Apa berar Dara pelaku semua ini? "Syeril udahlah jangan menuduh-nuduh tanpa bukti!" Ucapku dengan kewalahan melerai mereka. "Tapi siapa lagi yang akan mencuri selain dia?" Syeril membalas ucapanku. Aku hanya terdiam, aku tidak ingin bertengkar dengan sahabatku. Tapi ada sesuatu yang ganjil, kenapa Syeril selalu menjelek-jelekkan Dara, memfitnahnya tanpa bukti sampai teman-teman sekelas menjauhi Dara, Syeril juga sering menyebarkan gosip tentang Dara. Apa yang terjadi? Apa Syeril membenci Dara, tapi apa alasannya?

Hari ini cukup melelahkan, aku ingin segera pulang tapi ketua kelasku menyuruh seluruh bagian organisasi kelas seperti wakil KM, sekertaris, bendahara dan sie-sie yang lain untuk mengikuti rapat, itu agenda wajib di kelasku. Berhubung aku adalah wakil KM aku harus mengkuti rapat, sayangnya Syeril sebagai sekertaris tidak bisa mengikuti rapat karena ada urusan keluarga. Saat sedang istirahat, terlintas dibenakku untuk membicarakan masalah Dara. Ketua kelasku, Reno mengusulkan untuk membuat sebuah penjebakan untuk Dara. Dan kita semua pun menyusun strategi. Kita sepakat yang mengetahui tentang penjebakan ini hanya orang-orang yang mengikuti rapat saja.

Fitri teman sekelasku mengundang semua teman-teman kelas untuk merayakan hari ulang tahunnya, ini adalah rencana awal penjebakan, dimana nantinya di rumah Fitri akan dipajangkan barang-barang unik dan di setiap sisi ruangan akan dipasang CCTV untuk merekan semua kejadian di rumah Fitri. Acarapun dimulai, Aku dan Nisa ditugaskan untuk memantau semua kejadian lewat CCTV.

Awalnya semua baik-baik saja, tiba-tiba sosok Dara muncul, dia tidak terlihat mencurigakan, dia tampak seperti biasanya. Pikiranku mulai kacau, mungkin rencana kali ini akan gagal. Namun setelah sosok Dara menghilang, aku terkejut melihat tayangan CCTV di hadapanku. Sesosok cewe dengan gerakan yang mencurigakan, dia mengambil barang-barang unik milik Fitri dan memasukannya pada tas yang dibawanya. Ternyata cewe itu adalah Syeril. Aku tidak percaya denagn apa yang aku lihat, perasaanku benar-benar tidak karuan.

Semua teman-temanku terburu-buru menuju tempat kejadian, mereka memergoki Syeril yang sedang mengambil barang-barang Fitri. "Syeril apa yang kamu lakukan?" Ucap Reno. "Akuuu... hanya ingin melihat-lihat saja." ucap Syeril dengan terbata-bata. "Ga mungkin, tadi aku lihat sendiri kamu memasukan barang-barangku ke dalan tasmu kan? jadi selama ini pencuri di kelas itu kamu kan? Ayo ngaku!" Ucap Fitri sambil mendorong Syeril. "Syeril kenapa kamu melakukan semua ini? Aku kecewa sama kamu, kamu sudah memfitnah Dara, tapi ternyata kamu pelaku semua ini." Air mataku dengan cepat mengalir membasahi pipiku. Kulihat Syeril terduduk di lantai, dia terlihat sangat ketakutan. Lalu Syeril berdiri secara perlahan dengan muka yang sangat pucat. "Aku memang pelaku dari semua ini, memang benar aku memutar balikan fakta, aku yang memfitnah Dara, aku cuma takut Dara membongkar semua kesalahanku, karena selama ini hanya Dara yang tahu tentang semua ini" Ucap Syeril dengan suara lirih. "Sekali lagi aku minta maaf" itu kata-kata terakhir yang Syeril ucapkan, lalu dia berlari keluar rumah Fitri meninggalkan kita semua.

Sudah 3 hari semenjak kejadian di rumah Fitri, Syeril tidak masuk sekolah. Aku dan teman-teman yang lain berencana untuk ke rumah Syeril. Sesampainya di rumah Syeril hanya ada sosok wanita separuh baya yang aku kenal sebagai pembantunya Syeril. Setelah menanyakan keberadaan Syeril kepada mbok Mina, ternyata Syeril dan keluarganya pindah dan akan menetap di Surabaya. Orang tua Syeril memang kaya raya yang mempunyai banyak rumah di kota-kota besar. Tapi mengapa Syeril mencuri? Bukannya dia bisa meminta apapun pada orangtuanya?

Setelah mendengar informasi dari mbok Mina. Syeril ternyata mengidap kelainan jiwa, dia menderita kleptomania. Itu adalah sebuah kelainan yang ingin memiliki barang orang lain. Kelanan ini memang sulit untuk di sembuhkan. Sekarang aku mengerti mengapa Syeril melakukan semua itu. Syeril tetaplah sahabatku, sekarang aku merasa sedih kehilangan sososk seorang sahabat.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar